Tarian Mistik Bedhaya Ketawang

Bookmark and Share


Tarian Bedhaya Ketawang atau yang juga dikenal dengan 'Tarian Langit' merupakan sebuah upacara sakral yang dikemas dalam bentuk tarian dengan maksud melakukan pemujaan dan persembahan kepada Sang Pencipta. Tarian ini dilakukan oleh 9 penari yang merupakan seorang puteri yang masih mempunyai hubungan darah dan juga kekerabatan dari Keraton. Tarian ini ditarikan oleh 8 puteri dan juga satu sosok ghaib yang dipercaya oleh masyarakat adalah sosok Nyai Roro Kidul.



Tarian Bedhawa Ketawang ini diiringi dengan irama yang halus dengan suasana yang khusuk. Dan para penontonnya pun juga dituntut untuk menonton dengan diam, tenang, dan tidak boleh berbicara ataupun makan. Yang artinya para penonton diwajibkan untuk diam dan menikmati tarian ini tanpa suara. Tarian Bedhaya Ketawang ini akan ditarikan selama 5,5 jam tanpa henti. Bahkan biasanya sampai dinihari.



Sayangnya asal muasal terciptanya Tarian Bedhaya Ketawang ini masih sangat rancu dan ada beberapa versi. Yaitu:



Versi 1:



Tarian ini melambangkan cinta dan birahi Kanjeng Ratu Kidul kepada Panembahan Senopati. Dan segala gerakan pada tarian ini melambangkan bujuk rayu dan cumbu birahi dari sang Ratu, namun tetap dapat dielakkan oleh sang Panembahan Senopati. Dan pada akhirnya, sang Ratu tetap memohon agar Sinuhun tetap tinggal bersamanya di dasar Samudra, yaitu di Bale Kencana. Dan karena kejadian itulah, maka terjadilah sumpah sakral yang terjadi antara Ratu dan Raja (Panembahan Senapati) tersebut yang tak boleh dilanggar oleh para raja penerusnya.



Versi 2:



Ada juga yang menyatakan bahwa tarian ini diciptakan oleh Panembahan Senapati; Raja Mataram I yang sedang melakukan semedi di area Pantai Selatan. Dan dalam semedinya, Sang Raja tersebut bertemu dengan Ratu Kidul yang sedang menari. Lalu, Sang Ratu pun mengajari tarian tersebut pada sang Raja Mataram tersebut.



Sebelum melakukan tarian Bedaya Kethawang ini ada beberapa aturan yang harus dilakukan oleh para penari dan juga para kreton yang turut serta dengan kegiatan tarian bedhaya ketawang. Keraton disini diwajibkan untuk melakuan upacara ritus labuhan/ larungan yang berupa sesaji yang dipersembahkan di 4 titik arah mata angin pada keraton. Karena Keraton disini melambangkan sebagai pusat dari kosmis dunia. Keempat titik mata angin ini sebenarnya merupakan lambang dari seluruh alam semesta. Dan letak geografis serta mitologis dari keempat titik ini adalah:





1. Pada Bagian Utara terdapat Gunung Merapi dengan penguasa Kanjeng ratu Sekar



2. Pada Daerah Selatan yang terdapat Segoro Kidul atau laut kidul yang dikuasai oleh Nyi Rara Kidul



3. Pada bagian Barat yang terdapat Tawang Sari kahyangan ndlpih yang dikuasai oleh Sang Hyang Pramori



4. Pada bagian Timur yang terdapat Taawang Mangu yang dikuasai oleh Argodalem Tirtomoyo. Serta Gunung Lawu dengan Kyai Sunan Lawu sebagai penguasanya



Persyaratan lainnya untuk menarikan tarian ini adalah, para penari yang menarikan Tarian Langit ini semuanya harus dalam keadaan perawan. Tak hanya itu, sebelum menari pun mereka harus melakukan puasa tertentu terlebih dahulu. Tarian ini sangatlah sakral dan harus ditarikan dengan sempurna sebagaimana aturan yang berlaku sebelumnya. Karena tarian ini merupakan tarian tradisi yang sangat sakral.



Tarian ini menceritakan tentang susunan dan peredaran tata tertib yang tadinya teratur, namun tiba-tiba menjadi kacau. Namun setelah itu, semua tata tertib tersebut akhirnya dipulihkan kembali seperti sedia kala.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar